Page

Minggu, 25 Desember 2011

Innalillahi Wainnailaihi rojiun KonPub Pijay Ngga Jadi..

mungkin rada aneh judul artikel ini tapi memang itulah yang terjadi..hehe
kalo bahasa Indonya judul itu.."semua kembali kepada empunya konpub Pijay Ga Jadi"
Pada hari itu memang telah diagendakan acara yang merupakan rangkaian persetujuan subtansi materi RTRW di kabupaten PiJay atau Pidie Jaya..Sory banyak istilah

anehnya..hanya orang terpilih yang mengerti..^^
Sampailah hari yang ditunggu-tunggu. Semua undangan yang terdiri dari Dinas terkait dengan tata ruang, camat, kepala mukim, akademisi, LSM, kodim, aktivis lingkungan,

Pak RT, Pak RW, ibu-ibu PKK dan banyak lagi..Pokoknya  pihak-pihak yang datang sebagai perwakilan dari pihak yang merasa bertanggung jawab dengan RTRW Kabupaten Pijay.

Semua undangan telah hadir dan acara dapat segera dimulai, memang pada saat itu kami, yang terdiri dari Saya (Tim Pendamping Daerah) dan pak konsultan untuk Kab Pijay

datang sebagai pemaparkan RTRW yang telah disusun dan dicek ulang berkali-kali.

Sewaktu kami datang semua undangan telah rapih duduk, namun acara belum juga dimulai. Pada awalnya kami Gr (Gede Rasa) juga..wahh ternyata kita ditunggu oleh para

undangan..bak pahlawan kesiangan..orang yang ditunggu telah datang..eng ing eng..taraaa..setelah kami masuk keruangan, saya kira akan disambut dengan tepuk tangan kaya

motivator gitu..haha lebay..ternyata undangan biasa-biasa aja dan suasanapun tak berubah..dan acarapun tidak juga dimulai.

Setelah beberapa waktu acara belum juga dimulai, ruangan mulai penuh dengan asap seperti dapur yang masakannya gosong, peserta mulai gelisah, berbagai gaya duduk bisa

ditemukan, ada yang miring, kekanan kekiri, membungkuk, menengadah..banyak deh..intinya semua sudah mati gaya.

Lalu tiba-tiba sekertaris bappeda dan kabid BAPEDA yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya acaran ini masuk keruangan. Semua melihat kearah mereka berdua.

Tiba-tiba mereka mendekati kami dan mengajak kami keluar..


"Pak Konsultan dan Pak Iman bisa ikut kami keluar sebentar"
"Pak Sekda ingin bertemu kita sejenak"
"ohh..iya baik pak" kamipun menjawab

setelah sampai di ruangan sekda, sambil menghembuskan asap rokok dan meneken serta membaca setumpuk serut dihadapannya pak sekdapun mulai berbicara. Pada awal

pembicaraan pak sekda, sekertaris bappeda dan pak kabid berbicara dengan bahasa aceh yang kami tidak mengerti. wal hasil kami saling liat-liatan hehe. pembicaraan

terjadi cukup seru antara kedua pihak tersebut dan kamipun belum mengerti apa yang mereka bicarakan.

setelah pembicaraan itu berlangsung beberapa menit. Pak kabid langsung memotong
"Pak Sekda maaf, konsultan ini dari jawa jadi tidak mengerti bahasa aceh"
"ohh begitu..!!"mungkin dalam hati pak sekda bilang oalahhh kok ga bilang dari tadi toh mas-mas ckck

"jadi begini bapak-bapak konsultan, buka saya ingin memperlambat acara ini berlangsung. tetapi kepala bappeda sebagai penanggung jawab acara ini tidak hadir. Pak

Bupatipun tidak hadir, asisten buppati tidak hadir dan bla bla bla (perangkat buppatilah pokoknya, saya lupa hehe) tidak hadir pula, gimana saya bisa memulai acara

ini"

dalam hatiku "yah..bapakan kepala BKPRD yah bapak saja yang memulai..kok bingung..sih"

lalu pak sekda melanjutkan curhatnya
"beginilah pak,..
 kalau imam belum bisa dicontoh.. Saya imam pak, saya harus tegas dan memberi contoh terhadap anak buah saya".
"kepala Bappeda tidak hadir karena menghadiri acara yang bukan tupoksinya..sedangkan acara ini tupoksinya..malah ditinggalkan!! kan ini aneh..meningggalkan tangggung

jawab..saya tidak suka dengan praktek ini, tidak disiplin".
"kalau saya biarkan, ini bisa dicontoh dengan yang lain..dan bla bla bla"
"Acaranyapun dengan DRPRD pula, seperti mencari perhatian saja, tanggung jawabnya di tinggalkan". Singkat cerita saya lupa dengan curhat pa sekda secara lengkap. Pada

intinya pak sekda tidak mau hadir dalam acara Konsultasi Publik tersebut dan acara konsultasi publik RTRW di undur atau digagalkan.
Semua peserta terang saja kecewa dengan keputusan tersebut dan merekapun meninggalkan ruangan.

kamipun sebenarnya lumayan kecewa dengan keputusan pak sekda. Acara konpub juga bukan acara yang mudah dilakukan. Biaya yang dikeluarkan cukup besar dan tidak mudah

mengumpulkan semua orang yang terlibat dengan acara tersebut.

Pada awalnya memang aneh kenapa keputusan itu diambil, toh cuma karena alasan yang sepele menurut saya, yaitu kapada bappeda tidak hadir.!!
setelah dipikir-pikir ada hikmah didalammnya.
seorang pemimpin yang baik harus tegas dan dapat dicontoh oleh bawahannya. mungkin pilihan yang sulit bagi pak sekda memutuskan hal tersebut, namun beliau harus tegas

agar kejadian ini tidak terjadi lagi dimasa mendatang. Keputusan seorang pemimpin akan menentukan jalan pasukannya kedepan. Pemimpin yang dapat teguh dan tegas dengan

keputusannya akan membawa dampak atau memberi pengaruh pada bawahannya. Pemimpin yang memiliki tipe tegas tersebut akan dihormati dan disegani oleh orang dibawahnya,

atau dengan bahasa yang mudah “tidak mudah dipermainkan“.
ibarat ibu dengan ayah dalam keluarga yang harmonis. Sekda berperan sebagai ibu dan Bupati berperan sebagai ayah.  Bupati sebagai ayah yang menentukan siapa yang

berdiri di postertentu dan sekda sebagai ibu yang mengayomi anak2nya. Memang tidak mudah tugas yang dijalankan oleehnya. Wal hasil sekda harus tegas menjewer anaknya

yang nakal..!! Karena terkadang ayah (Buppati) cenderung tidak perduli dengan kenakalan anaknya karena banyak urusan lain mungkin jadi anak sendiri kurang

diperhatikan. Memang begitulah sifat seorang bapak, rada cuek..pokoknya urusan anak urusan ibu rumah tangga.
Sory endingnya mungkin aga ngga nyambung dengan awalnya, namanya juga iseng-iseng penghantar tidur..jadi sambil ngatuk2 deh nulisnya..
“salam percepatan”